RADARMETROPOLIS: Surabaya - Pembangunan sektor pertanian
mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Peningkatan
kesejahteraan petani menjadi tujuan utama dari pembangunan pertanian. Hal ini
sekaligus sebagai upaya menanggulangi kemiskinan di daerah pedesaan. Dengan
demikian komitmen Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur yang
senantiasa dan terus berupaya, bahkan tidak akan pernah diam, untuk menjaga daya beli pertanian
Jatim selalu baik adalah langkah tepat.
Yang mana program untuk meningkatkan kesejahteraan petani tersebut
diantaranya adalah dapat dilakukan dengan memaksimalkan faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai tukar petani, seperti mencukupi sarana dan prasarana
produksi pertanian, perbaikan infrastruktur jalan usaha tani dan irigasi guna
menghadapi musim kemarau panjang, dan mengoptimalkan luas lahan yang tersedia
dengan intensifikasi pertanian.
Selain itu, yang juga sangat penting untuk dilakukan pada
saat ini adalah meminimalisir adanya fragmentasi lahan serta peraturan yang
lebih ketat dari pemerintah tentang alih fungsi lahan pertanian yang masih
produktif serta koordinasi sinergi antar stakeholder di bidang pertanian dalam
upaya swasembada padi.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi
Sulistyo, Jumat (26/03/2021) mengungkapkan, bahwa dalam rangka mengurangi beban
petani, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengalokasikan bantuan alat dan
mesin pertanian pratanam hingga pascapanen, optimalisasi pemanfaatan asuransi
usaha tani untuk memberikan perlindungan terhadap risiko kegagalan usaha tani
akibat bencana kekeringan, banjir, dan serangan organisme pengganggu tumbuhan
(OPT).
"Selain itu, kami juga telah memfasilitasi kebutuhan
pupuk bersubsidi, dan memberi bantuan benih serta pestisida," tandasnya.
Semua langkah yang diungkap oleh Kepala Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan tersebut merupakan upaya nyata yang dilakukan oleh pihaknya
untuk menjaga daya beli petani agar selalu baik.
Namun belum lama ini Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur melaporkan
hasil penelitian yang menyebutkan bahwa daya beli petani Jawa Timur di
sepanjang Januari 2021 ternyata mengalami penurunan sebesar 0,13 persen atau
menjadi 100,67 dari Desember sebesar 100,80.
Laporan tersebut ternyata tidak menunjukkan kondisi
kesejahteraan petani Jatim yang sebenarnya. Mengingat penelelitian itu
dilakukan pada bulan awal panen, yang sudah tentu pendapatan mereka masih
relatif rendah.
"Penurunan daya beli yang relatif rendah pada bulan
Januari, dikarenakan secara umum pada bulan Januari masih merupakan awal panen
beberapa komoditi pangan strategis, sehingga pendapatan petani masih relatif
rendah," kata Hadi Sulistyo menjelaskan temuan BPS Jatim tersebut.
Memang, sumber penghasilan petani
adalah musim panen. Musim panen adalah waktu yang sangat dinanti petani sebagai
sumber penghasilan. Terlebih jika harganya bagus, pendapatan petani pasti
meningkat, bahkan sebagian hasilnya bisa disisihkan untuk disimpan
Berdasarkan pantauan di lapangan, harga gabah basah atau gabah kering panen di awal musim panen ini mencapai Rp 4.200 per kilogram.
Untuk diketahui, Konsep Nilai
Tukar Petani merupakan Indikator Kesejahteraan Petani. Konsep Nilai Tukar
Petani merupakan pengembangan dari nilai tukar subsistem, dimana petani
merupakan produsen dan konsumen. Nilai Tukar Petani berkaitan dengan hubungan
antara hasil pertanian yang dihasilkan petani dengan barang dan jasa yang
dikonsumsi dan dibeli petani.
Secara konsepsional nilai tukar
petani adalah mengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang
dihasilkan petani dengan barang dan jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah
tangga petani. Kapasitas petani sebagai produsen dan konsumen.
Untuk itu identifikasi faktor-faktor penentu nilai tukar
petani akan sangat berguna bagi perencanaan kebijakan pembangunan, perbaikan
program-program pembangunan dan evaluasi menyeluruh pada kebijakan pertanian ke
depan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. (ADV)
0 comments:
Posting Komentar