Kamis, 12 Oktober 2017

Bikin ‘Mati’ Petani, Gerindra Minta Jokowi Stop Impor Gula Mentah


RADARMETROPOLIS: Jakarta - Kebijakan importasi gula mentah bisa mematikan pendapatan para petani. Oleh karenanya petani tebu se-Indonesia menolak kebijakan yang dijalankan oleh pemerintahan Jokowi tersebut.

"Kami di Komisi VI sedang berjuang bagaimana impor gula dikurangi, jika perlu disetop," kata Khilmi, anggota Komisi VI DPR, dalam rilisnya, di Jakarta, Rabu (11/10/2017).

Langkah tersebut dilakukan karena importasi gula mentah, berpotensi mengancam produksi petani tebu di dalam negeri.

Diingatkan, bahwa di saat bersamaan ternyata masih ada indikasi keberadaan gula rafinasi yang marak beredar di pasaran yang mengesampingkan gula kristal putih lokal karena harganya lebih murah.

"Seharusnya Kementerian Perdagangan juga bisa menghitung berapa kebutuhan riil masyarakat akan komoditas gula. Karena ironis, di satu sisi gula produksi dalam negeri tidak bisa diserap, namun gula rafinasi membanjiri pasar," tandas politisi Gerindra tersebut.

Khilmi lebih lanjut memperingatkan kepada pemerintahan Joko Widodo untuk segera merevitalisasi beragam pabrik gula milik BUMN. Agar semua hasil produksi gula domestik terpakai.

“Dengan demikian, produksi gula juga diharapkan ke depannya membuka industri turunan baru dan dapat mencapai swasembada gula,” kata Khilmi.

Ia mengemukakan harus ada keberanian untuk menghentikan impor dalam rangka melindungi petani di berbagai daerah.

Sekedar mengingatkan, pemerintah membuka peluang importasi gula mentah dari Australia dalam kerangka ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area, dan disepakati bahwa besaran bea masuk (BM) komoditas tersebut sebesar lima persen.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa meski pemerintah membuka peluang impor gula mentah dari Australia tersebut, bukan berarti jumlah importasi bahan baku akan meningkat.

"Jumlahnya tetap, tidak berubah. Tetapi sumber bisa bertambah, dengan demikian harga bisa turun, kita tidak tergantung, tidak monopoli dari satu negara," kata Enggartiasto, seusai menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia 2017 di Jakarta, Selasa (3/10/2017).


Enggartiasto mengharapkan kesepakatan dengan Australia tersebut bisa menjadi alternatif pemasukan gula mentah oleh pelaku usaha. Dengan pasokan bahan baku berasal dari negara yang relatif lebih dekat, diharapkan mampu meningkatkan daya saing industri dalam negeri. (rez)

0 comments:

Posting Komentar