Rabu, 11 Oktober 2017

Perbaikan Jalan Dengan Daur Ulang Hemat Dana Hingga 39 Persen


RADARMETROPOLIS: Surabaya -  Perbaikan jalan dengan menggunakan metode daur ulang (recycling) dapat menghemat pengeluaran hingga 39 persen. Oleh karena itu sekarang pemerintah mulai melirik metode recycling dalam melakukan program pemeliharaan jalan rusak di tanah air. Selain hemat anggaran, juga sebagai solusi atas menipisnya material untuk jalan raya. 

Di sejumlah daerah, seperti Jakarta, Jawa Barat , Jawa Tengah dan Bali, metode yang memanfaatkan kembali material jalan tersebut sudah dilakukan. Sementara di Jawa Timur pertama kali dilakukan di ruas jalan nasional Kraci perbatasan Bangil dan Kota Pasuruan, sepanjang 1,475 kilometer (km) dengan lebar 14 meter sisi kanan dan kiri.

Pejabat Pembuat Komitmen dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII, Poernyoto, mengatakan bahwa prinsip dasar dari road recycling yaitu mengembalikan kekuatan perkerasan jalan dengan mempertahankan geometrik atau level jalan dengan menggunakan material yang ada di jalan tersebut. Sehingga hal ini dapat mengatasi ketergantungan akan material baru.

"Itu artinya, anggaran yang dikeluarkan jauh lebih hemat, karena kita tidak perlu menggunakan material baru untuk memperbaiki jalan yang rusak," ujar Poernyoto, di sela-sela peninjauan pengerjaan jalan nasional di Kraci Pasuruan, Selasa (10/10).

Poernyoto mengambil contoh anggaran untuk perbaikan jalan nasional Bangil-Pasuruan tersebut. Jika perbaikan jalan itu menggunakan perbaikan standar yang biasa dilakukan, maka biaya yang dikeluarkan mencapai lebih dari Rp 7,4 miliar per kilometer. Sementara jika menggunakan beton, biayanya lebih dari Rp 5,1 miliar per kilometer. Sedangkan jika menggunakan daur ulang ini maka biayanya Rp 4,4 miliar per kilometer. 

"Jadi kalau kita menggunakan recycling, anggaran negara hemat 39 persen," kata Poernyoto. 

Selain efisiensi anggaran, road recycling juga dapat menghemat waktu.

Masih menurut Poernyoto, jika perbaikan jalan rusak menggunakan metode standar seperti yang dilakukan selama ini, maka pengerjaan bisa menghabiskan waktu 77 hari per kilometernya. Sedangkan dengan beton 52 hari, dan dengan daur ulang ini hanya 32 hari. 

Road recycling ini untuk pertama kalinya dilakukan di jalan nasional Kraci Pasuruan. Ini, dikatakan Poenyoto, tidak lain karena kondisi jalan di daerah itu rusak parah karena dilalui kendaraan berat. Selain itu, jalan itu adalah jalan padat kendaraan sehingga untuk perbaikannya dibutuhkan sesuatu yang tidak hanya cepat pengerjaannya namun harus tahan lama.

"Tidak semua jalan bisa dilakukan road recycling ini. Kami perlukan uji lapangan dulu, jalan mana yang bisa dan tidak," ungkapnya.

Hal itu dibuktikan dari kontrak perbaikan jalan mulai Gempol hingga Probolinggo sepanjang 115 kilometer, yang ternyata hanya jalan sepanjang 1,475 kilometer yang bisa diperbaiki dengan menggunakan teknik tersebut. Selebihnya dengan cara yang lama dan juga beton.

Sementara itu, Direktur PT Gaya Makmur Surabaya, Julius Sikku, selaku dealer dari alat road recycling dari Wirtgen Jerman, road recycling ini seharusnya sudah mulai digunakan untuk memperbaiki jalan-jalan di Jawa Timur, terutama di dalam kota Surabaya dan jalan-jalan yang banyak dilalui kendaraan berat.


Jika di perkotaan, teknik ini bagus karena tidak akan menambah ketinggian jalan dari tahun ke tahun. Namun justru memperbaiki jalan dengan kondisi ketinggian tetap seperti semula. "Sekarang teknik ini sudah banyak digunakan di daerah, khususnya DKI Jakarta dan Kalimantan. Di Indonesia alat road recycling ini sudah terjual sekitar 30 unit," ungkapnya. (ruf)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites